Petunjuk Pembuatan Ajimat
Segala macam tulisan / simbol /
Rajah / Asma’ suci yang ditulis untuk dijadikan sebagai azimat (jimat) pasti
ada syaratnya. Artinya tidak sembarangan menulis. Dalam sepengetahuan saya,
para spiritualis dan guru mistik mempunyai cara dan syarat yang berbeda-beda
dalam menulis Rajah sebagai azimat. Tapi syarat yang penting adalah keyakinan
dan kemampuan menjalin energi ghaib. Yang bisa didapat dengan jalan
ber-meditasi, tapa, tirakat, puasa atau dengan berbagai lelaku lainnya.
Kemudian dilanjutkan dengan Tatacara menulis yang baik sesuai kaidah penulisan
Rajah.
Berikut ini saya jabarkan salah satu
teknik cara menulis Rajah yang telah kami praktekan selama ini.
Kaidah penulisan Rajah sebagai
Azimat
Bersuci baik badan, pakaian maupun
tempat (bersih). Untuk mensucikan badan dengan cara mandi keramas (jinabat)
dengan niat untuk menghilangkan hadast besar dan lakukan wudhu untuk
membersihkan hadast kecil.
Selama proses pembuatan ajimat tidak
diperbolehkan bicara (diam/khusyuk) kecuali ada doa khusus yang harus dibaca.
Nafas harus cepat keluar lewat
lubang hidung sebelah kanan atau bisa dengan tahan nafas.
Sebisa mungkin lafal Rajah ditulis
secara benar (sesuai aslinya) dan rapi. Bila huruf tersebut berlubang maka
harus ditulis berlubang. Mengikuti kaidah penulisan Rajah.
Memakai wewangian. Biasanya memakai
zakfaron, misik, air mawar untuk campuran tintanya. Namun ini bukan syarat
mutlak, karena memang ada beberapa jenis Rajah yang mensyaratkan memakainya
tapi ada juga jenis rajah yang tidak perlu memakai campuran minyak wangi.
Pena yang digunakan adalah bisa pena
biasa (bolpoint), spidol, atau pena yang dibelah ujungnya (seperti gambar
dibawah ini). Disesuaikan dengan jenis Rajahnya.
Pemilihan Waktu Terbaik Membuat
Azimat
Untuk pemilihan waktu pembuatan
ajimat, tergantung dari jenis ajimat yang akan dibuat. Misalnya Jenis ajimat
keselamatan, pagar ghaib, perlindungan, hari yang baik adalah malam Jumat
(Kliwon).
Untuk jenis ajimat kerejekian,
pelarisan usaha dan sejenisnya, dibuat pada hari Kamis (Legi).
Untuk jenis ajimat pengasihan dan
kasih sayang, dibuat pada hari Kamis atau Selasa (Kliwon). Dan lain-lain,
intinya semua disesuaikan dengan jenis ajimatnya.
Dikarenakan harus disesuaikan dengan
waktu, maka pembuatan ajimat memang tidak bisa dibuat setiap hari. Ini seperti
halnya dalam Mantra-Aji Jawa, telah ditentukan harinya untuk memulai
ritual/puasanya. Misalnya Ajian Bandung Bondowoso, ritualnya Nglowong yang dimulai
hari Sabtu Kliwon. Ajian Kulhu Sungsang, ritual Patigeni dimulai hari Selasa
Kliwon dsb. Jika menulis rajah tidak dijadikan sebagai ajimat, misalnya hanya
untuk terapi penyembuhan (rajah direndam dalam air) maka rajah tersebut bisa
ditulis kapan saja saat membutuhkannya.
Arah Pandangan
Bagi saya arah pandangan yang
terbaik saat membuat ajimat adalah menghadap kiblat. Karena semulia-mulia arah
adalah Qiblat. Namun tidak mutlak selalu demikian, disesuaikan dengan jenis
rajah dan kondisinya.
DOA-DOA
Sebelum melakukan penulisan rajah
diawali membaca doa ini 3 x: “Bismillahir rohmanir rohim. Qul uhiya ilay’ya
anahustama’a nafarun minal jinni wa bihaqqi Kaf Haa Yaa Aiin Shood wa bihaqqi
Haa Miim AiinSiin Qoof”
Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan meditasi sejenak (menjalin energi ghaib) setelah itu baru dilakukan
penulisan rajah.
Rajah yang telah selesai ditulis
kemudian dillipat dan dibungkus dengan kain lapis 7, agar tidak mudah rusak dan
kotor apabila dibawa-bawa.Saat akan melipat atau membungkus Rajah bacalah :
Surat Al fatihah (1x)
Innaa fatahnaa laka fat’ham mubiinaa
(3x)(Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang
nyata)
Nasrun minallahi wa fat’hun qoribun,
wa bas’syiril mu’miniin (3x)(Artinya: Pertolongan dari Allah dan kemengan yang
dekat (waktunya). Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang
beriman)
Allohuma sholi ala sayidina
muhammadin (3x)(Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmatmu kepada junjungan kami
Muhammad)
Astagfirullah hal ‘adhim
(3x)(Artinya: Aku memohan ampun kepada Allah Yang Maha Agung)
Laa illaaha illaallah (3x)(Artinya:
Tidak ada Tuhan selain Allah)
Inna taqorruban ilallohil aliyyil
adhim (3x)(Artinya: Bahwasanya ini merupakan taqorrub kepada Allah Yang Maha
Tinggi lagi Maha Agung)
Demikian Tatacara pembuatan ajimat.
Memang dalam pandangan sebagian orang, cara ini terkesan ribet, tidak praktis,
harus menunggu hari-hari tertentu. Namun demikianlah tuntunan ilmu yang kami
amalkan, jadi ini bukan sekedar teori seperti dibuku-buku mujarobat. Dengan
dasar intuisi yang kuat (semacam ilham) dan kewaskitaan (Visi) maka pembuatan
ajimat menjadi tidak sulit.
Sebagai gambaran seperti berikut:
Saya pribadi membuat ajimat bukan karena kemauan sendiri, tapi karena intuisi
(orang biasanya menyebut: ilham) yang dihadirkan dalam diri ketika terjaga atau
mimpi, yang menuntun untuk membuat ajimat dihari sekian, tanggal sekian. Dan
beberapa hari kemudian setelah ajimat selesai dibuat, datanglah orang yang
membutuhkannya. Saat itulah saya berikan ajimat tersebut. Ini hanya sekedar
contoh, tidak selalu melulu seperti itu.
Dengan tuntunan dari ilham dan visi
inilah maka tidak ada azimat rajah yang dibuat dengan sia-sia. Artinya sia-sia:
tidak pernah digunakan, hanya mengganggur disimpan dalam lemari dan akhirnya
malah dikeramatkan. Ini yang berbahaya (syirik). Jadi membuat azimat/rajah itu
hanya ketika diperlukan saja, baik untuk diri pribadi atau orang lain yang
membutuhkan disaat yang tepat.
Ketika azimat tidak lagi diperlukan,
jangan membuangnya, tapi musnahkanlah dengan cara dibakar sampai jadi abu.
Karena bila dibuang ditempat sampah, hal tersebut dianggap merendahkan asma
suciNYA. Tidak selayaknya lafal asma suciNYA terbuang ditempat kotor.
Bagi saya, Azimat / rajah hanya
sekedar sarana, daya dan kekuatan tetap dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Mulai dari
sini kita akan semakin menyadari, bukan hanya sekedar tahu, salah satu
keagungan dari asma suciNYA.
MENERIMA PEMESANAN PENA UNTUK
PENULISAN RAJAH